Aneurisma Otak; Penyebab, Gejala, Pengobatan

Aneurisma-Otak-Peyebab-Gejala-Pengobatan

Aneurisma otak menjadi momok yang cukup ditakuti oleh orang-orang. Bagaimana tidak? Penyakit ini munculnya ada di otak, jelas ini cukup beresiko. Penyakit ini ditandai adanya benjolan pembuluh darah. Ini terjadi karena dinding pembuluh darah melemah.

Penyakit ini bisa digambarkan ibarat buah berry yang menggantung. Jika “buah” ini rusak atau pecah, maka penderitanya akan mengalami sakit kepala hebat. Fatalnya, bisa menyebabkan pendarahan otak, otak menjadi rusak, bahkan kematian.

Itulah sebabnya jika benjolan tadi telah pecah, kasus ini bisa dikatakan gawat darurat. Penyakit ini sering terjadi pada perempuan yang berusia diatas 40 tahun. Meski demikian, ada juga sebagian kecil kasus terjadi pada orang yang berusia muda.

Apa Penyebab Aneurisma Otak?

Karena termasuk penyakit yang cukup membahayakan, maka Anda perlu paham apa saja yang bisa menyebabkan penyakit ini muncul. Ini penting diketahui agar Anda bisa melakukan langkah preventif atau pencegahan. Inilah beberapa faktor penyebabnya:

Baca Juga: ICSI dan IMSI, Prosedur Canggih Tingkatkan Keberhasilan IVF

  • Pasien punya riwayat hipertensi atau darah tinggi
  • Usia telah lebih dari 40 tahun
  • Seorang perempuan, khususnya yang sudah menopause
  • Ada riwayat cedera pada bagian kepala
  • Suka minum alkohol berlebihan
  • Pecandu narkoba, khususnya kokain
  • Sering merokok
  • Punya keluarga yang sudah menderita aneurisma otak

Selain penyebab di atas, ada juga penyebab lainnya, yaitu adanya beberapa penyakit tertentu yang sudah diderita lebih dulu oleh pasien, misalnya:

  • Penyakit ginjal polikistik
  • Malformasi arteri-vena
  • Koartasio aorta
  • Sindrom Marfan
  • Sindrom Ehlers-Danlos

Faktor Risiko

Setelah mengetahui penyebabnya, maka Anda juga perlu mengetahui resiko yang mungkin terjadi, baik resiko yang sifatnya ringan sampai resiko paling fatal sekalipun. Secara umum, Anda akan mengalami nyeri di bagian kepala.

Namun jika kondisi semakin parah, Anda juga beresiko mengalami pendarahan. Maka dari itu, segera konsultasi dengan dokter agar penyakit tersebut bisa segera diobati, dan resiko penyakitnya bisa diminimalisir.

Gejala Aneurisma Otak

Adanya pembuluh darah yang membengkak tentu tidak muncul secara tiba-tiba. Biasanya akan muncul tanda-tanda di area kepala bahwa otak mengalami suatu kelainan. Lantas, gejala apa saja yang mungkin muncul sebagai tanda penyakit yang ada di otak ini? Simak selengkapnya:

  • Terjadi nyeri di area mata
  • Salah satu sisi wajah mengalami mati rasa
  • Sakit kepala
  • Sulit berbicara
  • Adanya gangguan pada keseimbangan
  • Sulit konsentrasi
  • Daya ingat menurun
  • Penglihatan melemah atau terganggu

Diagnosis 

Langkah diagnosis akan selalu dilakukan oleh dokter di awal-awal pemeriksaan. Secara umum, sudah pasti dokter akan menanyakan riwayat penyakit pada pasien. Selain itu, pasien akan ditanya obat-obatan apa yang pernah dikonsumsi. Inilah beberapa langkah diagnosis oleh dokter:

1. Pemindaian

Langkah selanjutnya setelah wawancara riwayat medis pada pasien, dokter akan melakukan pemindaian secara visual. Metode atau alat bantu yang sering dipakai diantaranya:

  • MRI (magnetic resonance imaging), metode ini menggunakan gelombang radio dan magnet besar untuk menghasilkan gambar yang jelas terkait kondisi otak. Dalam hal ini, MRI berfungsi yaitu untuk mendeteksi aneurisma otak yang belum rusak.
  • CT (computed tomography) scan, metode ini merupakan gabungan antara sinar X dan komputer, sehingga menghasilkan gambar jaringan yang jelas. CT scan ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perdarahan di otak akibat pembuluh darah yang pecah
  • Angiografi otak dengan CT scan atau MRI, ini bertujuan untuk melihat adanya kelainan pada bagian pembuluh darah otak, termasuk secara fokus mendeteksi adanya benjolan kecil

2. Pemeriksaan Cairan Serebrospinal

Jika setelah pemeriksaan muncul tanda-tanda perdarahan subarachnoid, maka dokter akan merujuk pasien untuk melakukan pemeriksaan terkait cairan serebrospinal akibat pecahnya benjolan, yakni sebuah cairan yang menyelimuti otak dan saraf di tulang belakang. 

Pengobatan Aneurisma Otak

Pengobatan tentu sangat diperlukan oleh pasien, hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi apabila benjolan pecah.

1. Pencegahan agar Benjolan Tidak Pecah

Pada langkah pencegahan ini, dokter akan mempertimbangkan beberapa hal. Diantaranya terkait kondisi benjolan itu sendiri, apakah besar/kecil, dan melihat dimana letaknya. Selain itu, dokter juga mempertimbangkan usia dan kondisi tubuh pasien secara keseluruhan.

Jika ternyata kondisi benjolan pembuluh darahnya kecil atau tidak mengkhawatirkan, maka pasien cukup minum namun tetap perlu kontrol secara berkala. Untuk mendukung kinerja obat, pasien juga harus menjalani pola hidup yang sehat agar bisa sembuh, misalnya:

  • tidak merokok
  • olahraga teratur namun dengan intensitas ringan
  • tidak mengkonsumsi minuman kafein dan alkohol
  • jangan melakukan aktivitas fisik yang berat agar tidak terlalu lelah

Berbeda dengan metode pengobatan biasa, jika benjolan pembuluh darah sangat mengkhawatirkan, maka dokter akan menganjurkan pasien untuk menjalani prosedur operasi. Ini bertujuan agar aliran darah terhenti atau terhambat saat menuju aneurisma otak.

Tindakan operasi yang dilakukan bisa dengan cara menjepit bagian neurosurgical clipping atau pembuluh darah. Cara lainnya yakni menanamkan kumparan di bagian endovascular coiling atau lokasi benjolan. Tujuannya sama, yakni agar benjolan tidak semakin bengkak maupun pecah.

2. Penanganan Saat Benjolan Pecah

Apa yang terjadi jika pembuluh darah di otak pecah? Benjolan yang sudah pecah tentu menjadi kondisi darurat yang harus segera ditindak lanjuti. Bisa saja pasien akan mengalami pendarahan hebat dan komplikasi.

Baca Juga: Pengertian, Langkah, dan Teknik Pernapasan dalam Prosedur CPR (Cardiopulmonary Resuscitation)

Jika ini sudah terjadi, maka dokter akan memberikan obat yang berfungsi untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih parah. Jenis obat-obatan yang akan diberikan biasanya berupa:

  • Obat antagonis kalsium (calcium channel blocker): obat nimodipine bertugas mencegah agar benjolan pembuluh darah (vasospasme) tidak mengeras atau kaku, sebab kondisi ini termasuk dalam komplikasi. 
  • Obat pereda rasa sakit atau nyeri: obat yang berfungsi untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri di kepala, misalnya paracetamol.
  • Obat vasopressor: obat ini mampu mencegah terjadinya stroke pada pasien karena suplai darah menuju otak berkurang. Jenis obatnya berupa epinefrin, dopamine dan norepinefrin.
  • Obat anti kejang: kondisi kejang bisa terjadi akibat pecahnya benjolan pembuluh darah, untuk mencegahnya pasien perlu minum obat-obatan seperti levetiracetam, asam valproat dan phenytoin.

Tindakan penanganan lainnya selain obat yakni dengan menggunakan selang kateter sebagai saluran pintas atau ventricular or lumbar draining catheters and shunt. Tujuan utama dari tindakan ini yakni agar cairan bisa dikeluarkan dari otak maupun tulang belakang.

Saat cairan berkurang, maka tekanan di area otak menjadi berkurang dan bisa kembali stabil. Terakhir, saat benjolan pembuluh darah yang pecah ini bisa teratasi, pasien harus melakukan fisioterapi sebagai langkah pemulihan.

Apakah aneurisma otak berbahaya? Penyakit ini cukup berbahaya jika pasien telat mendapatkan pertolongan. Maka dari itu, jika mendapati keluhan nyeri atau pusing yang tak kunjung sembuh, Anda harus segera periksa agar mendapatkan tindakan yang sesuai dari dokter.

Jika Anda masih bingung, silahkan bisa konsultasi secara online atau buat janji temu dengan dokter profesional di sini. Bahkan, Anda juga bisa menikmati layanan home & office visit dengan prosedur reservasi terlebih dulu.

Untuk mendapatkan konsultasi program hamil terpercaya, Anda bisa gunakan layanan terencana sekaligus terpercaya dari IMTB. Di sini Anda akan diarahkan ke rumah sakit yang direkomendasi untuk melakukan pemeriksaan program kehamilan. Hubungi kami untuk informasi lebih lanjut!

Menu