Laparoskopi Usus Buntu, Operasi Minim Nyeri dan Cepat Pulih
Dari masa ke masa, dunia kesehatan terus mengembangkan inovasi agar memberikan keuntungan kepada pasien. Nah, salah salah satu hasil pengembangan dari ilmu medis adalah laparoskopi usus buntu.
Usus buntu merupakan salah satu keluhan yang cukup banyak diderita oleh pasien dan solusi terbaiknya adalah melakukan tindakan operasi. Infeksi yang ditimbulkan oleh tersumbatnya usus dapat menimbulkan rasa sakit tidak terkira, khususnya pada bagian perut pasien.
Perlu Anda ketahui, tidak semua penyakit usus buntu dapat ditangani dengan laparoskopi karena terdapat syarat-syarat tersendiri dan hal tersebut akan ditentukan oleh dokter bedah.
Maka dari itu, lebih baik Anda mengetahui tentang prosedur operasi Laparoskopi ini secara umum terlebih dahulu.
Apa Itu Laparoskopi Usus Buntu?
Laparoskopi usus buntu merupakan tindakan operasi untuk mengangkat usus buntu yang hanya membutuhkan sayatan kecil untuk melakukannya. Proses operasi ini menggunakan alat yang disebut laparoskop, selang panjang yang dilengkapi dengan kamera serta pencahayaan alias lampu.
Kamera yang berada di alat tersebut akan terhubung dengan layar monitor, sehingga dokter bisa mengetahui kondisi di dalam perut pasien. Dengan demikian, dokter hanya perlu membuat sayatan kecil saja.
Mengapa Perlu Operasi Usus Buntu?
Usus buntu atau disebut juga dengan istilah medis apendiks merupakan organ yang memiliki panjang sekitar 5 sampai 10 cm dan bentuknya menyerupai kantung. Usus buntu ini menempel pada usus besar, namun hingga kini belum diketahui secara pasti apa fungsinya.
Kendati demikian, usus buntu dipercaya berfungsi guna membantu tubuh manusia dalam mengatasi berbagai macam masalah, misalnya saja diare, kemudian peradangan, hingga infeksi pada usus kecil dan usus besar.
Meski dapat membantu menyelesaikan berbagai masalah di dalam perut manusia, seringkali terjadi peradangan ataupun infeksi pada organ tubuh ini. Peradangan atau infeksi ini biasanya disebut dengan penyakit usus buntu dan membutuhkan penanganan khusus.
Salah satu penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi peradangan atau infeksi pada usus buntu adalah prosedur operasi, seperti laparoskopi usus buntu. Apabila penyakit usus buntu tidak segera ditangani, maka risiko besar yang akan terjadi adalah pecahnya usus buntu.
Jika usus buntu pecah, maka bakteri akan lebih mudah masuk ke dalam rongga perut sehingga dapat menimbulkan masalah baru yang serius, yakni peritonitis. Operasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah operasi apendiktomi atau operasi pengangkatan usus buntu.
Operasi tersebut dapat dilakukan dengan dua metode, baik metode bedah terbuka atau teknik laparoskopi. Kebanyakan operasi pengangkatan usus buntu akan menggunakan teknik laparoskopi karena dinilai lebih menguntungkan pasien.
Baca Juga: Laparoskopi Rahim, Solusi Masalah Kandungan yang Aman
Keunggulan dari Metode Operasi Ini
Jika dibandingkan dengan operasi terbuka, laparoskopi untuk penanganan penyakit usus buntu memiliki banyak keuntungan, seperti:
- Rasa nyeri yang ditimbulkan pasca operasi laparoskopi tergolong lebih ringan dibandingkan dengan operasi terbuka, karena sayatan yang dibutuhkan dalam prosedurnya sangat kecil.
- Risiko terjadinya infeksi setelah operasi dilakukan jauh lebih kecil dibandingkan dengan operasi terbuka.
- Pasien hanya membutuhkan waktu yang relatif singkat dalam masa pemulihan, sehingga bisa lebih cepat kembali beraktifitas seperti pada umumnya. Masa pemulihan yang dibutuhkan pasca operasi ini umumnya berlangsung selama 1 sampai dengan 2 minggu.
- Bekas luka yang ditimbulkan oleh prosedur laparoskopi penyakit usus buntu lebih kecil.
Kapan Perlu Operasi Laparoskopi Usus Buntu?
Laparoskopi adalah prosedur operasi yang tidak bisa dilakukan untuk semua kondisi pasien penyakit usus buntu. Hanya beberapa kategori pasien saja yang bisa menjalani prosedur operasi ini, yakni pasien sedang hamil, obesitas atau memiliki berat badan berlebih, lansia, dan pasien anak-anak.
Sedangkan kondisi yang memerlukan tindakan laparoskopi juga memiliki kategori, yakni seperti di bawah ini:
- Pasien mengalami nyeri yang parah bahkan kronis di bagian perut atau panggul dan telah didiagnosa dokter terlebih dahulu.
- Pasien memiliki benjolan di dalam perut, sehingga perlu adanya kepastian yang jelas.
- Pasien telah didiagnosa oleh dokter menderita kanker, khususnya di area perut.
- Pasien ingin membatasi kehamilan maupun mengalami permasalahan pada kehamilannya.
Selain itu, laparoskopi juga bisa digunakan untuk mendiagnosa penyakit lain, seperti tumor atau kanker, kemudian penyumbatan, perdarahan yang tidak dapat dijelaskan, dan juga infeksi. Khusus untuk pasien wanita prosedur ini bisa digunakan untuk mendiagnosa berbagai macam penyakit, seperti:
- Fibroid
- Kista ovarium
- Endometriosis
- Prolaps panggul
Persiapan Laparoskopi Usus Buntu
Sebelum menjalani prosedur laparoskopi untuk pengangkatan usus buntu, Anda sebagai pasien harus melakukan persiapan terlebih dahulu dengan mengikuti langkah-langkah di bawah ini:
- Memberitahukan seluruh riwayat kesehatan sesuai dengan pertanyaan yang diajukan oleh dokter, misalnya saja riwayat alergi, kemudian riwayat operasi sebelumnya, dan obat atau produk herbal yang sedang dikonsumsi saat ini.
- Anda perlu melakukan pemeriksaan fisik terlebih dahulu dan pastinya ini akan dipandu oleh dokter maupun tim medis yang bertugas.
- Pasien perlu melakukan pemeriksaan penunjang seperti yang dianjurkan oleh dokter, misalnya seperti tes darah tergantung kondisi masing-masing.
- Pasien dianjurkan untuk berpuasa selama kurang lebih 8 jam sebelum prosedur laparoskopi dilakukan.
- Melepas semua perhiasan yang terpasang di seluruh tubuh, tidak menggunakan make up, serta tidak menggunakan cat kuku.
- Pasien akan diarahkan untuk berganti pakaian dengan baju operasi dari masing-masing rumah sakit tempat berobat.
Baca Juga: Laparoskopi untuk Kista, Tumor, dan Kanker: Ketahui Selengkapnya
Berapa Lama Operasi Usus Buntu & Pemulihannya?
Waktu operasi yang dibutuhkan untuk prosedur laparoskopi ini umumnya hanya 1 jam saja, namun hal tersebut tergantung dari kondisi pasien dan penyakit usus buntu yang dialaminya.
Untuk masa pemulihannya, setelah operasi pasien perlu menjalani rawat inap dalam jangka waktu 1-2 hari dan dapat pulang setelahnya. Namun, durasi pemulihan ini akan lebih lama jika kondisi usus buntu sudah pecah. Jadi, lama waktu rawat inap tergantung dari kondisi masing-masing pasien.
Setelah pulang, proses pemulihan masih akan berlangsung 2-4 minggu. Oleh karenanya, pasien perlu banyak beristirahat dan mengurangi aktivitas dalam jangka waktu ini agar bisa cepat pulih.
Efek Samping Laparoskopi Usus Buntu
Laparoskopi usus buntu adalah prosedur bedah yang umum untuk mengangkat usus buntu yang meradang. Meskipun umumnya aman dan efektif, ada beberapa efek samping yang mungkin terjadi setelah operasi.
- Nyeri: Nyeri di sekitar bekas sayatan adalah hal yang umum dan biasanya dapat dikontrol dengan obat pereda nyeri. Nyeri bahu juga dapat terjadi karena gas yang terperangkap selama operasi.
- Mual dan muntah: Ini adalah efek samping umum dari anestesi dan biasanya hilang dalam 1-2 hari.
- Kembung: Perut kembung dan gas dapat terjadi karena usus masih menyesuaikan diri setelah operasi.
- Sembelit: Sembelit dapat terjadi karena perubahan pola makan dan kurangnya aktivitas. Minum banyak air putih, makan makanan berserat, dan berolahraga secara teratur dapat membantu meringankan sembelit.
- Diare: Diare dapat terjadi karena perubahan pada flora usus akibat penggunaan antibiotik.
Prosedur Laparoskopi Usus Buntu
Langkah-langkah operasi laparoskopi usus buntuyang akan dilakukan oleh dokter adalah sebagai berikut:
- Meminta pasien untuk terlentang di atas meja operasi, kemudian mencukur rambut yang tumbuh di area sayatan.
- Setelah itu, alat infus akan dipasang di lengan pasien dengan tujuan untuk menyalurkan obat atau cairan yang dibutuhkan selama operasi berlangsung maupun setelahnya.
- Memberikan obat bius dan ini dilakukan oleh dokter anestesi agar pasien tertidur selama prosedur operasi berlangsung.
- Membuat sayatan kecil berjumlah 1 sampai dengan 3 sentimeter untuk memasukkan alat laparoskop ke dalam perut pasien, kemudian memasukkan selang kecil ke dalam satu sayatan guna menyalurkan gas karbondioksida.
- Memasukkan alat laparoskop melalui sayatan yang telah dibuat lalu memeriksa keadaan dalam perut pasien, khususnya kondisi organ usus buntu.
- Melakukan evaluasi pada usus buntu, kemudian jika sudah pasti dokter melakukan persiapan memotong usus buntu dan mengangkatnya.
- Jika sudah berhasil, gas karbondioksida akan dikeluarkan dari perut pasien dan alat laparoskop akan dikeluarkan juga.
- Dokter akan menutup bekas luka dengan jahitan atau metode lain yang sesuai, kemudian menutupnya jahitan tersebut dengan perban atau plester bedah.
Apabila hendak melakukan prosedur laparoskopi usus buntu, tentunya Anda harus melakukan konsultasi terlebih dahulu. Mengapa demikian? Karena selain prosedur ini, Anda mungkin dapat memilih prosedur yang dengan akurasi yang lebih tinggi seperti Robotic Surgery.
Gambaran Biaya Laparoskopi Usus Buntu
Biaya laparoskopi usus buntu di Indonesia bervariasi tergantung beberapa faktor, seperti:
Lokasi Rumah Sakit:
- Biaya di rumah sakit swasta umumnya lebih mahal dibandingkan rumah sakit umum.
- Di Jabodetabek, kisaran biaya laparoskopi usus buntu antara Rp. 11 juta hingga Rp. 45 juta.
- Di Yogyakarta, biaya laparoskopi usus buntu bisa lebih murah, mulai dari Rp4 juta.
Jenis Fasilitas Kesehatan:
- Kelas kamar yang dipilih pasien akan mempengaruhi biaya.
- Contohnya, di Mayapada Hospital, biaya laparoskopi usus buntu dengan kelas 3 adalah Rp59.999.000, sedangkan kelas Junior Suite mencapai Rp77.499.000.
Jenis Prosedur:
- Kompleksitas prosedur, seperti adanya komplikasi, dapat meningkatkan biaya.
Lama Perawatan:
- Semakin lama pasien dirawat inap, semakin tinggi pula biayanya.
Biaya Tambahan:
- Perlu diingat bahwa biaya operasi tidak hanya mencakup biaya pembedahan saja.
- Ada biaya tambahan lain seperti biaya anestesi, obat-obatan, pemeriksaan penunjang, dan biaya pasca operasi.
Sebagai gambaran:
- Biaya operasi usus buntu tanpa BPJS di Indonesia berkisar antara Rp. 8 juta hingga Rp. 45 juta.
- Biaya laparoskopi usus buntu umumnya lebih mahal dibandingkan operasi terbuka karena menggunakan teknologi yang lebih canggih.
Rekomendasi Perawatan Medis yang Tepat Sesuai Kebutuhan Anda
Untuk mendapatkan perawatan medis yang sesuai dengan kebutuhan Anda, diperlukan informasi yang lengkap dan ketelitian. Banyaknya fasilitas kesehatan di Indonesia seringkali membuat kita bingung dalam memilihnya.
Namun Anda tidak perlu khawatir lagi, layanan medical assistance dari IMTB siap membantu Anda. Layanan Medical Assistance IMTB siap membantu Anda memberikan rekomendasi terbaik dan mengurus keperluan administrasi perawatan Anda tanpa biaya tambahan.
Jika Anda membutuhkan penjelasan lebih lanjut mengenai perawatan yang tepat untuk kebutuhan Anda, silakan hubungi kami untuk konsultasi lebih lanjut.
Reference:
- National Library of Medicine, diakses pada April 2024, Clinical Outcomes of Laparoscopic Versus Open Appendectomy
- Johns Hopkins Medicine, diakses pada April 2024, Appendectomy
- National Library of Medicine, diakses pada April 2024, Appendicitis