Prosedur Operasi Parkinson pada Lansia
Kabarnya, parkinson belum punya obat yang dikatakan manjur. Gejala tremor yang kerap terjadi ini tentu sangat membuat penderitanya kesulitan beraktivitas. Untuk mengurangi gejala-gejala ini, dokter akan menyarankan tindakan operasi parkinson.
Apakah parkinson bisa sembuh dengan operasi? Meski operasi ini tidak membuat pasien bisa sembuh total, namun setidaknya pasien bisa lebih sehat dalam menjalani hidupnya tanpa gangguan gejala-gejala. Misalnya gejala tremor pada jari tangan, ini jelas sangat menyusahkan pasien.
Bahkan terkadang untuk aktivitas makan dan minum saja pasien sangat kesulitan, dan tentu saja selalu butuh bantuan orang lain. Lantas, seperti apa tindakan operasi yang sepatutnya dijalani oleh pasien parkinson ini? Apakah berbahaya? Simak selengkapnya.
Seputar Parkinson
Parkinson merupakan penyakit yang cukup berbahaya karena belum ditemukan obatnya. Ini terjadi karena kelainan saraf yang bersifat progresif (terus berkembang). Meski demikian, progress penyakit ini cukup lambat dan tidak akan menjadi parah secara tiba-tiba.
Baca Juga: Bedah Saraf! Berikut Hal yang Mesti Anda Tahu
Penyebab penyakit ini muncul akibat adanya ketidak seimbangan zat kimia di dalam otak, yaitu jumlah dopamine yang lebih sedikit dibanding asetilkolin. Sama seperti penyakit lain, parkinson muncul ditandai beberapa gejala yang dinamakan TRAP.
TRAP yang dimaksud yakni:
- Tremor = tangan gemetar
- Rigiditas = kaku otot
- Akinesia = gerakan menjadi lambat
- Postural imbalance = hilang keseimbangan
Prosedur Operasi Parkinson
Operasi pada pasien parkinson dilakukan pada area otak, maka dari itu dokter akan melakukan pembedahan dan prosedur yang ketat sesuai dengan kondisi pasien.
1. Deep Brain Stimulation (Stimulasi Otak Dalam)
Metode yang pertama yaitu stimulasi otak dalam. Tindakan ini cukup umum dilakukan oleh dokter, untuk mengurangi gejala gangguan gerakan abstrak pasien parkinson. Dokter akan menanamkan elektroda yang berfungsi mengganggu adanya sinyal listrik yang tidak beraturan di area otak.
Ada 2 tahap dalam operasi ini, yaitu:
- Pertama, penanaman elektroda dengan bantuan MRI yang merekam aktivitas otak. Hasil rekaman ini berfungsi sebagai panduan dokter secara visual. Sebelum ini, dokter akan mematikan titik yang ditargetkan. Namun, pasien tetap sadar dan bisa mengikuti arahan dokter, misal diminta untuk angkat tangan, menggerakan kaki, dsb.
- Kedua, dokter menempatkan benda kecil bernama baterai generator impuls di bagian perut (bawah tulang selangka). Impuls listrik ini terhubung ke elektroda otak, dan bisa diaktifkan lewat pengontrol. Pada tahap ini, pasien dibius total sehingga tidak akan sadar sepanjang operasi.
2. Talamotomi
Opsi kedua yakni tindakan talamotomi. Pada metode ini, dokter akan melakukan perusakan pada bagian otak (thalamus), tujuannya agar bisa “mengganggu” jaringan syaraf yang menyebabkan tremor.
Meski bisa meredakan gejala tremor, namun tindakan ini tidak bisa menjamin kesembuhan gejala-gejala lainnya. Prosedur thalamotomy diawali dengan pemeriksaan CT scan atau MRI. Kemudian, dokter akan mengalirkan cairan nitrogen kedalam probe.
Tujuan utama cairan nitrogen ini adalah bagian otak yang dicurigai menyebabkan gejala parkinson selalu muncul. Selama tindakan, pasien tidak dibius total, sehingga tetap terjaga. Prosedur thalamotomy disarankan untuk pasien dengan tremor yang cukup parah di satu sisi tubuh.
Baca Juga: Mengenal Microsurgery, Teknik Bedah dengan Mikroskop
3. Pallidotomi
Tindakan pallidotomi bisa dikatakan hampir mirip dengan talamotomi. Bedanya, pallidotomy menarget bagian otak yang disebut globus pallidus internus (pallidum). Cairan yang dimasukkan pun sama, yakni nitrogen yang akan merusak area otak yang menyebabkan tremor.
Tidak hanya menghilangkan gejala tremor saja, operasi parkinson pallidotomi ini juga mampu menghilangkan gejala-gejala lainnya, misalnya kaku pada otot yang menyebabkan gerakan melambat dan pasien menjadi tidak produktif.
Pasca operasi, gejala-gejala tersebut bisa berkurang secara signifikan. Namun perlu diingat, meski bisa memberikan hasil positif, tindakan ini tetap memiliki resiko. Misalnya saja terjadi perdarahan, terjadi infeksi, struktur otak ikut rusak, bahkan bisa mempengaruhi sistem pernapasan.
4. Ultrasonografi Terfokus
Pada tindakan ini, pasien akan memakai helm khusus (trandan tetap terjaga karena tidak dibius total. Ultrasonografi terfokus merupakan sebuah prosedur non-invasif yang memakai berkas pada energi akustik terfokus agar bisa merusak jaringan otak tertentu.
Dalam operasi ini, dokter tidak membuat sayatan pada tengkorak. Maka dari itu, resiko perdarahan maupun infeksi bisa diminimalisir. Selain itu, tindakan ultrasonografi terfokus juga tidak akan merusak jaringan otak di sekitar area tertarget.
Resiko Operasi Parkinson
Prosedur operasi tidak boleh sembarangan dilakukan. Pasien harus diperiksa secara detail oleh dokter, kemudian barulah dokter akan memutuskan metode operasi mana yang sesuai. Semua tindakan operasi memiliki beberapa resiko atau efek samping, diantaranya:
Baca Juga: Penyakit Parkinson; Gejala dan Cara Mengobati
- Infeksi di area operasi, maka pasien harus melakukan perawatan tambahan
- Perdarahan otak yang dapat merusak jaringan otak dan fungsi tubuh
- Masalah pada sistem pernapasan akibat efek samping obat bius
- Masalah pada pergerakan seperti kaku otot
- Perubahan cara berpikir maupun berbicara
Sudah paham tentang parkinson dan prosedur operasi parkinson? Sebelum terjadi, sebaiknya Anda mulai melakukan hidup sehat dan makan makanan bergizi dan rutin olahraga. Namun jika Anda telah mengalami gejala-gejala parkinson, segera periksa ke dokter.
Untuk memenuhi wawasan seputar kesehatan, Anda bisa kunjungi lama ini. Tidak hanya menyediakan informasi kesehatan yang akurat, Anda juga bisa melakukan janji temu dengan dokter profesional. Hubungi kami untuk informasi lebih lanjut!